Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari
Matahari atau bulan
kadang-kadang tampak gelap sebagian atau seluruhnya. Ketampakan gelap di
matahari itu di sebut gerhana matahari. Sedangkan gerhana
bulan adalah ketampakan gelap di bulan saat purnama. Kita sudah
mengetahui bahwa bumi mengitari matahari. Sementara itu bulan mengitari bumi.
Akibatnya bulan kadang-kadang berada di antara matahari dan bumi. Pada saat
lain bumi yang berada di antara matahari dan bulan.
Ketika bulan berada di antara matahari dan bumi, ketiganya belum tentu segaris.
Bulan mungkin berada lebih ke Selatan, mungkin pula lebih ke Utara dari garis
hubung antara matahari dan bumi. Bila suatu saat bulan berada tepat
segaris di antara matahari dan bulan, bulan akan menghalangi cahaya
matahari yang menuju beberapa daerah di permukaan bumi. Ini menyebabkan
terjadinya gerhana matahari. Tidak semua wilayah di permukaan bumi yang bisa
mengamati gerhana tersebut. Hanya daerah yang tergelapi oleh bayangan bulan itu
yang akan melihat gerhana matahari.
(Skematik
gerhana matahari, gambar dari NASA)
Pada saat yang lain, bumi berada di antara
matahari dan bulan. Tetapi ini pun belum tentu segaris. Pada keadaan ini bumi
melihat bundaran penuh permukaan bulan yang tersinari oleh matahari, bulan
purnama. Pada saat-saat tertentu, bumi segaris dengan matahari dan bulan.
Akibatnya bayangan bumi menutupi bulan sedikit-demi sedikit. Itulah yang
menyebabkan gerhana bulan.
(Skematik
gerhana bulan, gambar dari NASA)
Ada beberapa syarat terjadinya gerhana. Sebagai contoh, akan
dibahas syarat-syarat gerhana matahari. Jari-jari penampang kerucut
matahari-bumi pada posisi bulan ~ 1.2o. Syarat maksimal jarak bulan
dari ekliptika untuk terjadi gerhana (umum) ~ 1.5o. Syarat maksimal
jarak bulan dari ekliptika untuk terjadi gerhana sentral (gerhana matahari
total/cincin, GMT/GMC) ~ 1o. Misalnya, pada 16 Februari 1999 jarak
bulan dari ekliptika ~ 0.5o (lintang ekliptika, β ~
-0.5o) sehingga memungkinkan terjadi gerhana sentral.
Mungkin tidaknya terjadi gerhana matahari
ditentukan dengan limit gerhana matahari, yaitu jarak terjauh matahari dari
titik nodal (titik potong bidang orbit bulan dan akliptika) yang memungkinkan
bulan berada di dalam kerucut matahari-bumi (sehingga memungkinkan terjadinya
gerhana). Limit gerhana matahari secara umum ~ 15o, sedangkan
limit gerhana sentral (GMT/GMC) ~ 10o.
Matahari
bergerak ke arah timur sekitar 1o/hari. Jadi dalam jangka waktu dari
bulan baru ke bulan baru berikutnya (satu bulan sinodis) matahari menempuh
jarak 29,5o. Ini kurang dari 2 kali limit gerhana (2*15o =
30o). Maka, bisa terjadi maksimal dua kali gerhana matahari
berturutan (Pernyataan 1). Misalnya 1 Juli dan 31 Juli 2000. Gerhana
matahari terjadi di sekitar titik nodal. Karenanya saat matahari melintasi
titik nodal disebut musim gerhana. Di sepanjang ekliptika ada dua
titik nodal (titik tanjak dan titik turun) sehingga dalam satu tahun
ada dua musim gerhana berselang 6 bulan. Minimal dalam
satu tahun terjadi dua kali gerhana matahari berselang 6 bulan
(Pernyataan 2). Misalnya, gerhana matahari 1999: 16
Februari GMC dan 11 Agustus GMT. Konsekuensi peryataan 1 dan 2 tersebut, bila gerhana matahari terjadi pada awal Januari,
mungkin (tetapi tidak selalu) pada tahun tersebut terjadi 5 kali
gerhana matahari. Misalnya, pada tahun 1935, terjadi gerhana matahari
pada 5 Januari, 3 Februari, 30 Juni, 30 Juli, 25 Desember. Karena gerhana
matahari selalu diikuti atau didahului gerhana bulan yang berselang sekitar 14
hari, maka jumlah gerhana (matahari dan bulan) maksimun dalam 1 tahun mencapai 7
gerhana. Misalnya, di sela-sela 5 gerhana matahari pada 1935 terjadi 2
gerhana bulan, yaitu pada 19 Januari dan 16 Juli.
Akibat gangguan
gravitasi pada orbit bulan, titik nodal tidak tetap posisinya. Titik nodal
bergeser ke arah barat dengan periode 18,6 tahun. Dengan kombinasi periodisitas
bulan baru dan jarak bumi-bulan maka diperoleh periodisitas gerhana 18
tahun 11 hari (disebut periode saros).Gerhana dengan nomor saros yang sama
mempunyai kemiripan sifat (a.l. jalur gerhanannya mirip, hanya bergeser ke arah
barat. Misalnya, Saros 140: GMC 16 Februari 1999 dan GMC 26 Februari 2017.
Berikut ini
contoh ketampakan gerhana matahari cincin 16 Februari 1999. Pada saat terjadi
GMC 16 Februari 1999, ijtima’ (bulan baru) awal Dzulqaidah terjadi pada pukul
13:41 WIB, pada saat bujur ekliptika bulan dan matahari 327o 8′.
Titik nodal pada saat ini berada pada bujur ekliptika 322o 10′.
Sehingga jarak matahari dari titik nodal pada saat bulan baru hanya sekitar 5o .
Sesuai dengan syarat gerhana, maka itu memungkinkan terjadi gerhana sentral.
Karena diameter sudut bulan (31’41″) lebih kecil dari diameter sudut matahari
(32’26″) gerhana sentral yang terjadi adalah GMC.
Jalur gerhana adalah daerah yang
dilalui bayangan inti (umbra) dengan lebar kurang dari 700 meter. Di sekitar jalur
gerhana terdapat wilayah yang tersapu bayangan sekunder (penumbra) yang hanya
menyaksikan gerhana matahari sebagian (GMS). Makin dekat dengan jalur gerhana
prosentase kegelapannya makin besar. Wilayah yang berada di sebelah Utara jalur
gerhana sentral (total/cincin) akan menyaksikan sisi Selatan matahari yang
tergelapi. Sebaliknya, wilayah di sebelah Selatan jalur gerhana sentral akan
menyaksikan sisi Utara matahari yang tergelapi. Berikut ini contoh
jalur gerhana matahari cincin 16 Februari 1999. Indonesia yang berada di
sebelah Utara jalur gerhana matahari cincin akan melihat gerhana sebagian
dengan belahan selatan Matahari yang tergelapi (lihat skema geometri gerhana
sebagian bila dilihat di Indonesia).
Geometri gerhana matahari sebagian
di lihat dari wilayah sebelah Utara jalur gerhana sentral.
Sumber :
T. Djamaluddin
Profesor Riset Astronomi-Astrofisika,
LAPAN
Pada saat yang lain, bumi berada di antara matahari dan bulan. Tetapi ini pun belum tentu segaris. Pada keadaan ini bumi melihat bundaran penuh permukaan bulan yang tersinari oleh matahari, bulan purnama. Pada saat-saat tertentu, bumi segaris dengan matahari dan bulan. Akibatnya bayangan bumi menutupi bulan sedikit-demi sedikit. Itulah yang menyebabkan gerhana bulan.
Ada beberapa syarat terjadinya gerhana. Sebagai contoh, akan dibahas syarat-syarat gerhana matahari. Jari-jari penampang kerucut matahari-bumi pada posisi bulan ~ 1.2o. Syarat maksimal jarak bulan dari ekliptika untuk terjadi gerhana (umum) ~ 1.5o. Syarat maksimal jarak bulan dari ekliptika untuk terjadi gerhana sentral (gerhana matahari total/cincin, GMT/GMC) ~ 1o. Misalnya, pada 16 Februari 1999 jarak bulan dari ekliptika ~ 0.5o (lintang ekliptika, β ~ -0.5o) sehingga memungkinkan terjadi gerhana sentral.
Mungkin tidaknya terjadi gerhana matahari ditentukan dengan limit gerhana matahari, yaitu jarak terjauh matahari dari titik nodal (titik potong bidang orbit bulan dan akliptika) yang memungkinkan bulan berada di dalam kerucut matahari-bumi (sehingga memungkinkan terjadinya gerhana). Limit gerhana matahari secara umum ~ 15o, sedangkan limit gerhana sentral (GMT/GMC) ~ 10o.